Selasa, 07 Oktober 2014

Monolog: Hidup.

Setiap kejadian pasti ada maksudnya.

Dan hidup.

Terkadang aku bertanya, "Apa alasan aku hidup?"

Ada yang berkata,

Tujuan  hidup adalah menenmukan harta yang paling berharga, yaitu makna hidup. Dan itu hanya ada dalam hati manusia

Ah, makna hidup.

Mungkin nanti, aku akan menemukan makna hidupku.

"Akan jadi apa aku di masa depan?

Masa depan.

Kita tak akan pernah mengetahui masa depan.

Dan memang lebih baik jika kita tidak mengetahui masa depan kita. Karena jika kita sampai tahu, hidup akan membosankan.

Seperti, "Untuk apa aku hidup jika aku sudah tahu apa yang akan terjadi 3 detik lagi?"

Nah, kembali lagi ke hidup.

Aku juga pernah membaca sebuah kutipan tentang hidup.

Yaa, kurang lebih isinya seperti ini:


"Hidup itu sama seperti menggambar; Mengisi kertas kosong dengan beribu warna. Hanya saja, dalam hidup, kita tak memiliki penghapus untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang telah kita perbuat."


Ya, aku setuju dengan kutipan di atas.

Tapi sebagai manusia, wajar jika kita membuat kesalahan. Kita tidak diciptakan untuk menjadi sempurna.

Jadi sebagai manusia, kita harus memaafkan semua kesalahan orang lain.

Am I right?

Ada yang namanya keberuntungan dalam hidup. Yang aku tanyakan, benarkah itu keberuntungan?

Bukankah semua kejadian yang ada di hidup kita itu sudah ditakdirkan oleh Tuhan?

Entahlah.

Kita, sebagai manusia, hanya bisa berusaha menjalani hidup dengan baik, menjadi seseorang yang berguna bagi yang lain, dan terus mengejar mimpi.


-8 Oktober 2014.

Kamis, 02 Oktober 2014

Monolog: Mimpi.

Alam semesta adalah ranah tanpa batas. Ranah yang dalam dan penuh misteri; ribuan rahasia terpendam di dalamnya, rahasia yang belum bisa dipecahkan oleh ilmuwan-ilmuwan hebat di luar sana.

Banyak ilmuwan mempunyai mimpi untuk menemukan sebuah planet yang bisa ditinggali oleh makhluk hidup selain Bumi. Hingga kini mereka masih terus mencari dan bermimpi untuk menemukannya.

Nah, bermimpi.

Bagiku, langit adalah cerminan dari sebuah mimpi; tinggi, luas, tak berhingga. Bermimpi sama saja dengan menjelajahi sebuah ranah baru yang luas tak terhingga.

Kau tak akan pernah berhenti untuk bermimpi, bukan?

Walaupun ada hal yang menghalangimu untuk meraihnya?

Ada yang bilang, jangan terlalu banyak bermimpi, karena semuanya akan menjadi tak realistis. Justru itulah kehebatan mimpi, menurutku; Ketika mengubah hal tak realistis menjadi sebuah kenyataan.

Aku pernah membaca sebuah kutipan tentang mimpi yang cukup menarik.

Entahlah, aku sedikit lupa dengan isinya. Kira-kira isinya seperti ini,


"Sama seperti burung. Burung terbang dengan sayap. Baginya, sayap bagaikan sumber mimpinya; sebagai pendukung untuk menjelajahi dunia yang luas ini.

Ketika menjelajah, bisa saja sayap burung itu patah. Yah, burung itu masih bisa berjalan dan mencari makan.

Tapi burung tanpa sayap sudah bukan burung lagi.

Dan manusia tanpa mimpi sudah bukan manusia lagi."


Aku suka bermimpi. Di dalam mimpi, semua hal bisa menjadi nyata. Dan dengan bermimpi, kita bisa merangkai asa, dan berusaha agar semua mimpi itu menjadi kenyataan di masa depan.

Mimpi.

Mimpi berkaitan erat dengan memori.

Memori; atau kau juga bisa menyebutnya kenangan. Sesuatu yang telah terjadi di masa lampau.

Menurutku, manusia tanpa memori juga bukan manusia lagi.

Maksudku, mana mungkin kau tidak mempunyai memori? Otak manusia memiliki memori yang sangat besar, kau tahu itu. Dan rata-rata manusia hanya menggunakan memori otaknya sekitar 4%.


Ya, entahlah. Tapi hal itu benar adanya, in my case.

Yang jelas, ada banyak faktor yang mempengaruhi manusia dalam bermimpi.

Dan saranku, jangan pernah takut bermimpi.

Karena semua hal luar biasa yang ada di dunia ini berawal dari mimpi.



-2 Oktober 2014.



Sabtu, 20 September 2014

Alergi Obat.


Sekitar 6 bulan yang lalu, pada hari Minggu, Ibu saya membeli sebuah kue tart yang super besar. Saya ini tipe orang yang ga bisa liat kue tart karena kalau sampai lihat, bisa lupa daratan. Tanpa permisi dulu, saya langsung ambil 5 potong. Adek-adek saya cuma bisa ngeliatin bingung, entah takjub atau apa, like, “Ini orang udah ga dikasih makan berapa tahun sih?”

Karena haus, saya lari ke dapur, ngambil air es dari kulkas. Eh, pas lagi enak-enaknya minum, baru ingat kalau punya masalah sama gigi sensitif. Tiba-tiba gigi saya ngilu-pakai-banget-astaga. Udah pakai pasta gigi s*ns*dyne tetep aja ngilu (Ha, pasti tau kan apa merknya walaupun udah disensor). Paling sebentar lagi ngilunya juga hilang, pikir saya. Jadi yaudah, dibiarin aja. Biar lupa sama rasa sakitnya, saya coba nonton video-video Afgan. (Whaat?)

Ternyataaa, makin didiemin, ngilunya malah makin parah. Video Afgan juga ga mempan ngusir rasa ngilunya (Haha jelas, yang ada malah jadi bergalau-ria). Karena udah putus asa, saya Tanya ke ibu saya untuk minta pencerahan sambil megangin pipi yang udah sakit-ga-karuan.
            
 “Mah, gigi sofi ngilu.” Kata saya.
 “Kamu sih, makan kue ga ingat-ingat porsi.” Jawab ibu saya.
 “Tapi sakitnya bukan gara-gara kuenya. Tadi sofi minum air es.” Balas saya.
 “Salah sendiri. Udah tau ga tahan dingin masih aja minum es!”
            
Aduh, bakal diceramahin berapa juz ini.
            
“Ya udah. Tuh, ada obat anti-nyeri. Cari aja Ponstan di kotak obat.”
            
Alhamdulillah, gajadi diceramahin satu juz. *langsung syukuran*

Setelah perjalanan yang panjang (1 bulan 3 hari 14 jam 56 menit 37 detik. Ha, iya kali pada percaya) , akhirnya sampai juga di dapur. Saya langsung ngambil kotak obat, dan nyari obat yang namanya Ponstan tadi. Dan ketemu. Bentuk obatnya tablet, warna kuning muda. Bingung, ini bukan sih obatnya?  Tapi karena udah gabisa nahanin rasa ngilunya, saya minum obatnya. Oke sip. Biar agak mendingan, saya bawa tidur siang sekitar 2 jam.

Nah, pas bangun tidur, ngilu di gigi sudah hilang. Yeey! Tapi tunggu sebentar. Rasanya ada yang aneh sama mata saya. Kayaknya bengkak nih, pikir saya waktu itu. Mata juga agak kering. Tanpa pikir panjang, saya langsung liat cermin dan.. Kaget waktu liat mata sendiri.

Aduh.

Bengkak ternyata.

Iya sih bengkak, tapi bengkaknya itu diluar batas normal. Bengkaknya di bagian kelopak sama bagian kantung mata, jadi mata saya tinggal segaris. Pengen buka mata aja rasanya susah banget. Cuma bisa melihat lurus ke depan, mau ngelirik ke atas-bawah-kiri-kanan juga ga bisa. Dunia berasa hilang setengah.

Karena takut ada infeksi gara-gara virus atau bakteri, (Maklum, akibat kebanyakan baca artikel kesehatan, jadi gampang paranoid.) akhirnya saya lari ke kamar ibu saya, mau minta pencerahan. Waktu itu ibu saya lagi bicara-bicara sama adek saya.
            
Saya buka pintu kamarnya..



Dan semuanya diam.


Adek saya kaget. Alya (Adek saya yang paling kecil) ngeliatin saya kayak orang asing dari planet lain.

Sedangkan ibu saya dan adek saya yang satunya justru.. Takjub. Entahlah. Tatapannya gabisa dijelasin pakai kata-kata.
              
“Fi, matamu kenapaa?” Kata ibu saya. Nada suaranya sih khawatir, tapi ekspresi mukanya itu lho, takjub.

“Wohooo, keren bro! Abis tawuran dimana?” Sahut Fitri, adek saya yang paling besar. Kurang asem emang adek saya yang satu ini.
              
“Tuh, makanya, jangan kebanyakan tidur. Bengkak kan jadinya!” Kata ibu saya.
“Masa cuma tidur 2 jam matanya langsung bengkak kayak gini? Ga mungkin.” Kata saya.
“Coba buka Google gih, kali aja ada yang tau penyebabnya.” Ibu saya memberi saran.
              
Jadi saya coba buka Google, dan jawabannya ngeri-ngeri semua. Infeksi jamur lah, virus lah, bahkan ada yang bilang bisa bikin katarak. Aduh, sial. Google sedang tak bersahabat rupanya.
              
Malamnya, saya dan ibu saya pergi ke dokter karena bengkaknya makin parah.  Saya ceritain semuanya sama Bu Dokter, dari awal sampai akhir. Dan syukurlah, ternyata saya cuma alergi sama obat-obatan penghilang nyeri, seperti Ponstan (Asam mefemanat), Ibuprofen, Panadol, dan lain-lain. Gejalanya memang bengkak pada beberapa bagian tubuh.

Dan dokternya juga bilang, saya beruntung karena hanya bengkak pada bagian mata. Pernah ada kejadian, bengkaknya itu sampai di seluruh wajah. Bu Dokter ngasih saya obat anti-alergi. Bu Dokternya juga bilang kalau misalkan sakit kepala atau nyeri di bagian tubuh tertentu, cukup minum Parasetamol karena Parasetamol nggak menimbulkan efek alergi.
              
Saya pun pulang  dan sampai di rumah dengan selamat. Setelah minum obat anti-alerginya, Alhamdulilah, nggak sampai sehari bengkaknya sudah agak berkurang. Yey!

Ps: Terima kasih buat yang sudah mau meluangkan waktu untuk membaca kisah absurd saya yang satu ini. Dan baru-baru ini, pas nyoba cari di Google lagi, ternyata banyak juga yang minum Ponstan dan akhirnya bengkak di sekitar mata. Aneh, perasaan pas lagi sakit kemarin ga ada jawaban kayak gini. Atau saking paniknya kali ya, saya jadi liat situs yang kurang tepat dan memberi jawaban yang bikin saya kaget setengah mati. Wkwk. Jujur, sampai sekarang saya masih bingung. Kenapa justru bagian mata yang bengkak? Apa hubungannya alergi obat dengan daerah mata? Wkwk.

Sabtu, 29 Maret 2014

Review Film Refrain (2013)


Judul Film : Refrain
Pemeran : Afgansyah Reza (Nata), Maudy Ayunda (Niki), Chelsea Elizabeth Islan (Ana), Maxime Bouttier (Oliver), Stevani Nepa (Helena)
Sutradara : Fajar Nugros
Produksi : Maxima Pictures
Tanggal rilis : 20 Juni 2013
Diadaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Winna Efendi



Haaaii. Sebenarnya udah lama sih pengen buat reviewnya Film Refrain. Sori, kayaknya agak telat yee emang-udah-telat-banget-gak-usah-nanya-sana-sini-lagi

Oke, ehem-ehem.

Pada suatu hari, saya sengaja buka twitter karena ga ada kerjaan sama sekali. Setelah 1 jam nge-refresh timeline dan scroll sana-sini, tiba-tiba ada satu tweet yang bikin saya syok.

Afgan lagi shooting Film Refrain? Barengan sama Maudy??

HAAAHH??!!

Saya yang emang suka-pakai-banget sama novelnya langsung seneng, ga nyangka kalau novelnya bakalan dibikin jadi film.

Dan yang jadi si Nata itu Afgan? Antara seneng sama bingung. Seneng gara-gara idola saya jadi pemeran utamanya, dan bingung karena Nata yang dijelaskan di dalam novel itu beda sama Apgan. ._.

Karena alur cerita novelnya seru, saya jadi berangan-angan terlalu tinggi sama filmnya. Ini kali ya yang dibilang banyak orang. "Jangan ketinggian kalau bermimpi, ntar jatuhnya sakit." Dan itu bener. Saya kecewa sama filmnya. Jaaauuuuhh banget sama yang di novel. Yaa emang sih, pas bagian akhir diubah jadi ke Vienna, makanya alur ceritanya juga ikut menyesuaikan. Terus saya juga tahu gimana ribetnya kalau sampai harus bikin satu novel jadi sebuah film berdurasi 90 menit. Peace ya pak sutradara.. Peace. *cari aman*

Tapi menurut saya, rata-rata film yang diangkat dari novel itu pasti deh, ada bagian yang berbeda dari penjelasan di novel.

Contoh,

  • kalau di novel refrainnya sih, Anna itu kurus-tinggi. Badannya lebih tinggi dari Niki dan cewek-cewek biasanya, tapi ga setinggi Nata. Akan tetapii..


Tingginya samaaa :o

Tingginya Anna hampir sama dengan Niki
See?


  • Terus di novelnya itu ada chapter yang khusus nyeritain tentang Anna sama mama nya. Saya udah menebak beberapa artis senior yang bakalan memerankan tokoh Mama nya Anna *benerin kacamata*. Tapi ternyataa, bagian itu hilang sama sekali, ga ada bekas. What the.. -__-



  • Nah, saya juga kurang suka pas adegan "Anna ketahuan suka sama Nata, terus Nata minta maaf dan bilang kalau dia suka sama Niki, tapi ternyata Niki ada dibelakang Nata dan dia langsung pergi". Agak kaget juga waktu tau adegannya dibikin kayak gitu, mungkin biar menghemat waktu. Kok klise ya?



  • Si Olivernya juga labil -__- Masa cuma gara-gara Niki salah manggil dia jadi "Nat", terus si Oliver nge-diemin si Niki di mobil waktu nganterin Niki pulang dan tiba-tiba waktu prom night, si Olivernya udah barengan aja sama Helena. Rasanya janggal, kalau di novel kan dijelasin penyebabnya. Kalau yang pernah baca bukunya sih mungkin masih bisa maklum. Tapi yang gak pernah baca bukunya?



  • Di novel, pas bagian akhir, si Niki itu jadi guru, tapi di film berubah jadi designer. Tapi emang sih, pas bagian akhir filmnya itu dirombak total, beda sama aslinya :v


Kabar baiknyaaa..
Untungnya pas saya nonton Refrain, mata saya nggak bosan karena ada afgannya  gambarnya jenih, enak aja kalau diliat, ga bakalan bikin mata merah-berair deh. Tapi kenapa ya pas bagian yang di Vienna itu kameranya agak goyang-goyang terus gambarnya jadi ga jelas gitu?

Hmm.. Maudy mah ga usah diragukan lagi aktingnya. Udah bagus banget. Nah, si Afgan nih. *nyubit pipi apgan* Afgan masih agak kaku aktingnya, malah lebih suka aktingnya afgan pas di C2H.

PS: Kalau ada salah kata, mohon dimaafin ya. Saya cuma orang awam yang pengen ngeluarin pendapat. Saya bukan orang yang ngerti sama dunia perfilman dan sejenisnya. So, salam damaaai!


Selasa, 11 Februari 2014

Random Quote

"Sukses adalah kemampuan untuk berubah dari satu kegagalan ke kegagalan lain tanpa kehilangan antusiasme." - Winston Churchill
Good morning! Have a nice day!
Hello! Welcome to my blog! Thanks for visiting (: